Case 3 : Bank Exim

Bank Ekspor Impor Indonesia (disingkat Bank Exim) adalah sebuah bank pemerintah yang pernah ada di Indonesia. Spesialisasinya adalah dalam bidang pembiayaan perdagangan. Bank ini dimerger dengan tiga bank lainnya pada Juli 1999 untuk membentuk Bank Mandiri.

Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi Bank Exim, bank pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.

Identifikasi Knowledge-Based Business di BankExim
Banyak perusahaan yang tidak mengenal knowledge management, namun secara tidak sadar telah
melaksanakannya. BankExim sebagai perusahaan di bisnis perbankan yang ingin memperolah core competence-nya lewat
teknologi dan melakukan pendidikan pegawainya ke jenjang S2, sebenarnya sudah mengarah kepada pola penerapan
knowledge management. Untuk meneliti sejauh mana penerapan knowledge management di BankExim ada baiknya
disimak apa yang dikatakan oleh Thomas H. Davenport and Laurence Prusak (1998), salah satu pakar knowledge
management, sebagai berikut:
“If you’ve got a good library, a textual database system, or even effective education programs, your company is probably already doing
something that might be called knowledge management”.
Jadi minimal ada 3 hal yang merupakan awal penerapan knowledge management di suatu perusahaan, yaitu jika
perpustakaan dikelola dengan baik dalam arti lengkap sesuai kebutuhan, sistem informasi terpadu yang memuat informasi yang
dibutuhkan, atau program pendidikan yang efektif.
Jika melihat tiga indikator tersebut sebenarnya BanExim sudah memilikinya. Walaupun belum sepenuhnya memenuhi
syarat dalam knowledge management. Perpustakaan di BankExim saat ini sudah cukup memadai yaitu adanya ruangan yang
luas, buku terdata dengan baik, dan jumlah buku dan majalah cukup banyak dan beragam. Saat ini jumlah buku di
perpustakaan BankExim sebesar 7.300 buah yang terdiri dari buku-buku antara lain di bidang manajemen, keuangan, teknologi,
internal control, hukum, international banking, marketing, dan sebagainya.
Sementara itu, sistem informasi di BankExim juga telah dibangun secara permanen dengan dibentuknya Biro Sistem dan
Teknologi. Fungsi Biro Sistem dan Teknologi dimaksudkan untuk menetapkan kebijakan, mengembangkan, mengoperasikan, dan
memelihara sistem informasi manajemen BankExim serta memberikan bantuan teknis kepada pemakai sistem. Sampai saat ini,
implementasi sistem informsi di BankExim terdiri dari:
1. Sistem-sistem cabang, yang meliputi Sistem Online Cabang (BEST atau BankExim Sistem Terpadu), Sistem Exim Tabanas,
EximSave, dan International Banking System (IBIS) untuk cabang luar negeri.
2. Sistem-sistem Kantor Pusat, meliputi Executive Information System (EIS), Customer Product Information System (CPIS), Assets
and Liabilities Management System (ALM), Head Office Accounting System, Financial Database, Personnel, dan Treasury
System, Sistem Informasi Nasabah dan Produk (SNAP), Jaringan Internet BankExim.

3. Sistem-sistem cabang/Kantor Pusat, yang meliputi sistem yang digunakan kantor cabang dan Kantor Pusat yang dikelola
secara terpusat di Kantor Pusat, melalui SWIFT, dan sebagian produk-produk BankExim seperti EximCash, EximPhone,
EximSmart, dan EximBanking.
Untuk mengintegrasikan seluruh sistem tersebut BankExim menggunakan sarana komunikasi berupa VSAT, DOV, maupun leased
line yang keseluruhannya tergabung di dalam jaringan EximNet dan dikelola secara terpusat melalui NCC (Network Control
Center). Sistem informasi tersebut akhirnya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai produk yang bersifat
knowledge-based (ATM, EximPhone, EximBanking, EximTransfer) dan mampu menyediakan data dan informasi bagi pengambilan
keputusan manajemen BankExim.
Program pendidikan mulai dari yang bersifat technical skill, human relation skill, conceptual skill, dan berbagai
pendidikan non program lainnya telah dilaksanakan secara berkelanjutan di BankExim. Disamping itu, untuk pendidikan yang
bersifat formal, seperti misalnya program pendidikan untuk strata dua (S2) BankExim telah menghasilkan sekitar 100 orang
sarjana lulusan universitas dalam dan luar negeri.
Namun demikian, ketiga hal tersebut belum cukup untuk menyebut BankExim sebagai knowledge enterprise atau
intelligent enterprise. Nilai intangible asset BankExim (internal structure, external structure, dan competence of
people) masih harus ditingkatkan baik yang menyangkut aspek people yaitu berupa perubahan human behavior, aspek
proses, dan aspek teknologi.

Penerapan Knowledge Management di BankExim
Ada dua pandangan yang sedikit berbeda dalam penerapan knowledge management di suatu perusahaan. Kedua
pendapat tersebut dikemukakan Brian Arthur seperti dikutip oleh Yogesh Malhotra (1997) dan Thomas H. Davenport and
Laurence Prusak (1998) dengan mengemukakan sebagai berikut:
Brian Arthur:
“…the new world of knowledge-based business is characterized by -reeverything- involving continuous redefinition of organizational
goals, purposes, and its -way of doing thing- “.
Thomas H. Davenport and Laurence Prusak:
“In deciding where to start your knowledge management program, try to use existing management approaches and tactics as levers to
jump-start the knowledge effort. It’s also imperative to lead with a style that’s consistent with your firm’s culture. For example, if your firm
is technology-based, build on technology initiatives and plans. If there is a big quality, reengineering, best practices or organizational
learning initiative afoot, use those programs as your anchor”.
Dari kedua pendapat tersebut sebenarnya terkandung pengertian bahwa jika memang visi, strategi, teknologi, proses,
dan culture perusahaan dapat mendukung penerapan knowledge management maka perusahaan dapat langsung
menerapkannya melalui infrastruktur perusahaan yang telah ada. Namun apabila sebaliknya, maka visi, strategi, dan culture
harus diubah sesuai dengan karakteristik knowledge-based business. Hal ini disebabkan karena pendekatan manajemen
operasi dari knowledge management sangat berlainan dengan proses bisnis pada umumnya yang lebih menekankan kepada
tangible assets. Proses bisnis yang menekankan kepada pengelolaan input yang berbentuk intangible assets (terkandung knowledge di dalamnya), membutuhkan perhatian yang lebih besar kepada SDM, culture (kreatif dan inovatif, sharing,
learning, networking), dan teknologi.
Penerapan knowledge management di BankExim masih memerlukan penyempurnaan khususnya dalam hal strategi,
culture, sistem SDM, dan utilization of technology. Sedangkan yang menyangkut proses tetap dapat mengikuti operasional
BankExim saat ini baik di kantor cabang maupun Kantor Pusat. Branch Process Reengineering yang telah dilaksanakan di
beberapa kantor cabang BankExim tetap dapat dijalankan. Bahkan dengan diterapkannya knowledge management
diharapkan proses bisnis BanKExim akan lebih cepat dan efektif.
Strategi BankExim khususnya yang menyangkut hubungan BankExim dengan nasabah harus disempurnakan. Salah satu
unsur intangible assets, yaitu external structure harus lebih digali dan dikembangkan sebagai feedback untuk
meningkatkan pelayanan kepada nasabah (excellent services atau big service quality). Hal ini antara lain bisa dilaksanakan
dengan pertama, mengadakan Hotline Service BankExim (customer care, call center, dan sebagainya) yang intinya
berusaha menggali permasalahan nasabah, mengetahui kebutuhan dan keinginan nasabah yang dicatat melalui sistem
informasi/database (gain knowledge from customer). Setelah informasi diperoleh kemudian dikembangkan (informasi
diubah menjadi knowledge) untuk meningkatkan mutu produk dan jasa BankExim. Kedua, BankExim selain memberikan kredit
juga berfungsi sebagai financial adviser bagi debitur (offer customers additional knowledge). BankExim dapat memanfaatkan
knowledge-nya untuk diberikan kepada debitur secara gratis, misalnya mengenai kondisi dan trend industri perusahaan
debitur.
Budaya perusahaan BankExim harus dikembangkan menjadi budaya yang menekankan kepada perilaku yang inovatif,
kreatif, sharing knowledge, dan learning. Selain itu juga harus didukung oleh sistem SDM yang mendukung munculnya budaya
tersebut. Hal tersebut digunakan untuk menciptakan iklim bekerja di BankExim yang memungkinkan munculnya internal
structure dan competence of people. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan cara mendorong pegawai BankExim untuk
gemar membaca dan menulis di majalah dan jurnal-jurnal bisnis (learning dan tacit knowledge), mendorong sharing
knowledge di antara pegawai, dan mendorong pegawai untuk melakukan risk taking (misalnya berani mengemukakan
pendapat) sesuai knowledge yang dimiliki, dan mendorong adanya kerja tim baik formal maupun informal. Kegiatan tersebut
harus didukung oleh sistem SDM yang lebih bersifat knowledge-based, yaitu menekankan kepada investasi SDM dan memberi
reward pegawai yang telah melakukan sharing knowledge.
Peran teknologi informasi sangat penting di dalam menggali intangible asset. Teknologi informasi di BankExim
diharapkan tersedia secara lebih luas (available), user friendly, dan berorientasi pasar, agar informasi yang ada dapat
digunakan oleh seluruh pegawai dan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pengetahuan (knowledge creation) yang
memacu timbulnya kreatifitas dan inovasi di BankExim. Sistem-sistem yang ada yang secara langsung dapat digunakan oleh
hampir seluruh pegawai, misalnya SNAP dan jaringan internet, hendaknya disempurnakan dan dimanfaatkan secara optimal. Hal
ini akan meningkatkan knowledge pegawai BankExim.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *